Mendung ini membiarkan aku terpuruk dalam kenangan. Cih, bahkan masih ada kamu dalam kenangan itu. Kenapa? Kenapa kamu masih harus hadir dan menghantuiku dalam penat? Awan-awan kelam yang menggelayuti langit cerah, sama seperti kamu yang menodai hari indahku.

Galau katanya, dan sakit kataku. Aku tidak suka mengenang kamu, tapi kamu selalu muncul dalam kenanganku. Hampir disetiap malam gelapku dan di terang siangku. Kamu ada dimana-mana, seakan tidak ingin melepaskan aku dari cengkraman cintamu yang palsu. Terlalu, bahkan aku baru menyadari semua kepalsuan itu setelah kamu pergi meninggalkan aku.

Ya, ragamu meninggalkan aku sendiri namun pahit dan sakitnya masih tertinggal disini. Kamu membiarkan aku menegang, merejang dan mengejang sendirian. Kamu membiarkan aku terdiam, terpaku dan mati sendirian.

Bahkan di dalam sakit ini, kamu membiarkan aku menatap punggungmu saja. Salahku yang tidak ingin melepasmu? Atau salahmu yang tidak pernah memikirkan aku?

secangkir kopi, sebungkus rokok dan berasap-asap perasaan muncul hari ini. Mendung memang selalu berhasil membuat hati menjadi galau. Tidak percaya? Buktinya sekarang aku terduduk, termenung ditemani irama musik pagi yang memanggil-manggil masa lalu dari tiupan angin basah. Menggiring kembali bayangan yang telah lama berusaha aku hapus. Menghembuskan derau tangis lama yang sudah lama tak lagi ku jumpai. Salah mendung? Salah hujan? Salah kopi? ataulah salah asap rokok yang mencandu setiap hari. Salah aku? Salah kamu? ataulah salah keadaan yang menjadikan kita menjadi demikian.

Kalau aku analogikan, maka hidup itu mirip-mirip dengan kecelakaan tabrak lari. Gak akan pernah seorang manusia yang memiliki akal budi normal akan merencanakan untuk menabrak mobil lain, luka-luka kemudian mengalami kesakitan. Begitu juga dengan hidup, kita tidak pernah akan merencanakan untuk dilahirkan kemudian hidup di kehidupan yang pahit ini dan merasakan semua kesakitan hidup.

Gak ada manusia yang ingin hidup dalam kepahitan dan kesakitan. Gak ada juga manusia yang ingin menjalani hidup yang terlalu pahit dan tidak belajar apa-apa. Kalau memang tidak ingin belajar dan berubah lebih baik tidak usah hidup. Hidup itu memang merupakan sebuah pembelajaran, kalau memang tidak mau belajar lebih baik tidak usah hidup. Buat apa karena kita tidak mendapatkan apapun dari kehidupan yang pahit ini.

Bahkan dalam kejadian kecelakaan tabrak lari sekalipun, pasti akan ada pembelajaran yang bisa kita pelajari. Apalagi kehidupan yang pait? Pasti akan lebih banyak lagi yang bisa dipelajari. Gak percaya? Coba aja, dan rasakan pahitnya hidup dengan segala pembelajarannya.

Perkenalkan teman saya Nadia. Begitu dia ingin memiliki namanya, padahal nama itu sebelumnya sudah disiapkan untuknya dahulu. Namun entah mengapa bukan nama itu yang kemudian menjadi namanya, namun nama lain yang lebih unik. Mungil dan lucu fisiknya, tapi lihat ke dalam dia bebal, emosional, keras kepala, egois dan smua hal yang kamu benci akan kamu temukan pada dia. Tapi bukan berarti kemudian kamu akan membenci dia. Kamu kemudian akan jatuh cinta kepadanya dengan segala kebebalan dan keegoisannya itu. Menurutnya hidup keras, menyakitkan dan walaupun bergelimang harta namun bukan itu yang dia cari melainkan kasih sayang yang benar tulus. Klise? Hal biasa bukan?

Setiap manusia selalu mencari kebahagian dalam dunia kecilnya yang mereka jalani. Bahkan begitu dalam duniaku. Aku juga selalu mencari kebahagian dengan cara pribadiku. Sama halnya dengan dia, tidak ada yang berbeda. Namun entah mengapa dia selalu melihat satu sisi yang menyakitkan, padahal kehidupan itu memang menyakitkan. Tapi memang itu fungsi hidup. Untuk menyakiti, menjatuhkan, menghancurkan diri kita dan kemudian bagaimana kita bangkit untuk menjadi yang baru. Kalau dalam istilah kehidupan ular, maka bagaimana kemudian kita akan mengganti kulit kita setiap 2 tahunnya. Pergantian kulit ini ditujukan bukan hanya agar kita menjadi lebih indah, namun juga memperbaharui hidup kita yang sudah usang dan tidak indah lagi.

Nadia, untuk saat ini memang bebal, egois, keras kepala dan emosional. Hidupnya menyakitkan dan masih begitu banyak kulit-kulit mati yang melekat pada tubuhnya yang belum dia lepaskan. Entah karena memang dia belum mau melepaskan, atau mungkin juga karena dia tidak sadar bahwa itu masih terus melekat pada tubuhnya. Kulit-kulit mati itu kemudian menjatuhkan dia, menjadikan dia terlihat sebagai manusia yang sangat menyedihkan terkadang di mata teman-teman terdekatnya. Teman-teman terdekatnya yang juga merasakan sakit ketika dia menangis dan merasakan kesal kepada orang-orang yang menyakiti dia. Teman-teman terdekatnya yang rasanya ingin menelan dia hidup-hidup ketika dia membuka lagi luka-luka lama dia yang semestinya sudah dia maafkan dan lupakan.

Manusia memang selalu memiliki cara masing-masing untuk bertahan hidup. Butuh waktu yang berbeda-beda pula untuk melepaskan semua kulit mati mereka dari tubuhnya. Cuma melepaskan kulit mati dari tubuh Nadia harus dimulai dari sekarang, karena kulit mati itu sudah menumpuk dan membuat dia terlihat seperti ulat bulu yang kelebihan bulu. Tidak lagi indah, tidak lagi menakjubkan. Padahal di dalamnya dia begitu gemilang dan begitu indah.

Apabila kemudian setelah membaca ini kamu yakin kamu akan membencinya karena dia begitu menyebalkan. Percayalah, kamu kemudian akan menyayangi dia apabila kamu melihat lebih dalam, lebih jauh, dari sisi yang berbeda karena Nadia begitu indah. Namun begitu juga dengan Nadia, dia perlu melihat lebih dalam, lebih jauh dari sisi yang berbeda karena hidupnya sudah begitu indah apabila dia sedikit memaknainya.

Tidak percaya? Coba saja sendiri, kamu akan jatuh cinta padanya. Kemudian Nadia akan jatuh cinta pada dunianya.

 

terlalu bising hingga menjadi ricuh. aku kamu dan kamu duduk disini menghadapi kenyataan yang memang harus kita hadapi. kamu termenung menghadapi sekumpulan buku. aku termenung menghadapi baris demi baris tulisan yang hanya aku yang mengerti. kita duduk disini termenung, menghadapi kenyataan. dalam diam kita berbicara. dalam pandangan kosong ada makna yang tersembunyi. aku, kamu dan kamu. tanpa bicara aku tau, bahwa kita tidak butuh kata untuk berbincang.

sempurna?

manusia merupakah mahkluk yang paling sombong yang ada di muka bumi ini. Mengapa aku mengatakan demikian, karena aku merasa manusia adalah mereka yang berfikir bahwa mereka dapat mengubah dunia. Katakanlah bahwa memang manusia mahkluk yang paling sempurna yang ada di muka bumi ini, namun mengapa satu harus merasa sempurna ketika keadaan sekelilingnya sama sekali tidak sempurna?